"Harta yang paling berharga adalah keluarga Istana yang paling indah adalah keluarga Puisi yang paling berharga adal...
"Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling berharga adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga "
Siapa yang masih ingat petikan lagu di atas, sebuah lagu yang dinyanyikan Novia Kolopaking. Lagu ini adalah sound track sinetron Keluarga Cemara yang tayang di tahun 1996-2005. Sinetron Keluarga yang terinspirasi dari cerita di Majalah Hai pada era 80-an. Bukan karena kesuksesan secara ekonomi, tetapi karena nilai-nilai pendidikan dan kehidupan yang diselipkan di sinetron ini. Bagi generasi milenial, mungkin tidak familiar dengan kisah Keluarga Cemara. Tetapi tidak usah khawatir, karena menurut kabar, sinetron ini akan tayang di layar lebar di tahun 2018.
Lalu apa hubungannya pembangunan keluarga dengan keluarga cemara? Di era 80-90-an, tipikal keluarga sangatlah hommy. Ayah bekerja, ibu di rumah, dua anak cukup. Kisah keluarga cemara, bukanlah kisah keluarga berada, tetapi nilai-nilai kekeluargaan sangat kental. Seiring perkembangan jaman, yang sekarang memasuki era milenial, bisa kita lihat kehidupan berkeluarga sangat berbeda. Saat ini, sebagian besar orang tua, ayah dan ibu bekerja. Anak dititip di nenek atau dengan pengasuh. Anak mulai memilih aktivitas dengan gawai, dan mengurangi aktivitas di luar. Atau tidak sedikit kita melihat anak-anak yang bermain di warnet hingga malam hari. "Ah itu kan hanya ada di kota," ungkap seorang teman. Kata siapa, justru dari riset yang saya ikuti tahun 2017 lalu, sebagian perempuan usia 17-40 tahun bekerja di industri dan diantaranya masih banyak yang bekerja sebagai buruh migran. Mahalnya biaya hidup di era milenial saat ini menjadi alasan kedua orang tua harus bekerja. Apalagi di sektor industri, rupanya pekerja wanita lebih disukai daripada pekerja pria. Akhirnya banyak laki-laki yang bekerja sebagai tukang ojeg atau "ternak teri" (nganter anak nganter istri), dan yang bekerja di sektor formal adalah perempuan.
Semua Berawal dari Rencana Berkeluarga
Sumber : Indonesiabaik,id |
Setiap orang mendambakan hidup bahagia. Alasan menikah dan membangun keluarga diantaranya adalah untuk mendapatt kebahagiaan. Saat seseorang menikah, seringkali bayangannya adanya kehidupan bahagian, penuh romantisme, bak pangeran dan putri dalam film kartun Disney. Akan tetapi, dunia nyata sering berkata lain. Pasca menikah, romantisme umumnya hanya berjalan kurang dari satu tahun. Mulailah pengantin baru dengan berbagai masalah yang dihadapi. Mulai dari menyiapkan kehamilan, kelahiran buah hati, pendidikan anak dan sebagainya. Ekonomi menjadi salah satu persoalan yang seringkali timbul di keluarga.
Suatu hari pernah seorang remaja bertanya pada saya tentang persiapan pernikahan. Seringkali kita hanya berfikir bahwa pernikahan hanya sebatas pesta. Ternyata, itu baru awal saja, karena pernikahan sebenarnya adalah pintu gerbang dalam sebuah proses berikutnya. Dalam pernikahan muncul sebuah tanggung jawab yang akan diemban oleh pasangan suami dan istri. Hal ini yang seringkali tidak pernah difikirkan oleh pasangan muda yang sedang dimabuk cinta.
Jika merujuk pada buku 8 Fungsi Keluarga yang merupakan buku pegangan kader bina keluarga remaja (BKR), keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarganya. BKKBN membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasayarat , acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas.
Jika merujuk pada 8 fungsi tadi, maka setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi, sehingga keluarga bahagia dan sejahtera dapat terwujud. Diantaranya, adalah suami menjalankan peran sebagai kepala keluarga, dan istri menjalankan peran sebagai pendamping suami. Pasangan suami istri tersebut kemudian akan menjadi bagian dari unit terkecil di masyarakat yang bernama keluarga. Dimana keluarga dapat terdiri dari suami istri, atau ayah, ibu dan anak. Dalam masyarakat, maka keluarga yang berkualitas yang akan membangun masyarakat yang kuat. Dimana untuk mewujudkan keluarga berkualitas tadi, perlu dilakukan melalui pembangunan keluarga sebagai sebuah proses untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
Teringat saat akan menikah dulu, saya pernah ikut pelatihan pra nikah yang diadakan oleh salah satu mesjid kampus. Yang diajarkan dalam pelatihan tersebut adalah bagaimana seseorang yang akan menikah dapat memaknani peran dan fungsinya. Karena yang mengadakan adalah mesjid kampus, jadi yang disampaikan adalah tentang pernikahan secara islam. Sehingga saat BKKBN mengadakan pendidikan pra nikah, saya sangat setuju. Jika kita lihat, saat ini angka perceraian di Indonesia sangat tinggi. Seperti dirilis Republika (21/01/2018), di tahun 2017 terjadi 350 ribu kasus perceraian. Alasan bercerai sangat beragam, diantaranya adalah ketidak mampuan suami-istri dalam mengelola kebutuhan rumah tangga, serta membangun hubungan satu sama lain. Tentunya masih banyak alasan lainnya. Atau jangan-jangan para pasangan tersebut, tidak faham hakikat pernikahan, serta fungsi utama keluarga. Artinya cinta saja tidak cukup. Bisa jadi, filosofi orang tua jaman dulu tentang dasar pernikahan dengan memperhatikan bibit, bebet dan bobot ada benarnya. Karena saat bercerai, biasanya yang dirugikan adalah anak.
Mewujudkan Keluarga Berkualitas melalui Pembangunan Keluarga
Sumber : Indonesiabaik.id |
Jika melihat keluarga sebagai entitas terkecil, tentu kita akan berkata, "Mengelola keluarga ya, tugas kepala keluarga lah. Apa iya, pemerintah harus terlibat dalam kegiatan keluarga?" Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, jumlah penduduk di Indonesia adalah mencapai lebih dari 255juta jiwa, dengan jumlah rumah tangga lebih dari 65 juta rumah tangga. Dari jumlah tersebut, penduduk usia remaja (10-24 tahun) sekitar 66 juta jiwa, yang berarti 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah remaja. Usia ini akan menimbulkan lonjakan penduduk di tahun 2030, diperkirakan akan terdapat 202 juta jiwa angkatan kerja yang di tahun 2017 ini mencapai 131 juta jiwa. Artinya, dalam 13 tahun, akan ada penambahan lebih dari 70 juta jiwa. Dan bagaimana keluarga Indonesia di masa depan sangat dipengaruhi oleh kondisi di hari ini.
Pemerintah Indonesia, melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional sejak lama menunjukkan kepeduliannya dalam pembangunan keluarga. Tidak hanya terlibat dalam pengaturan pertumbuhan penduduk, tetapi juga dalam penguatan kualitas keluarga. Berbagai program pembangunan keluarga telah dilakukan sejak lama. Dapat dikatakan di dunia, Pemerintah Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup berhasil dalam berbagai programnya, diantaranya adalah pembangunan keluarga dengan tujuan mewujudkan keluarga berkualitas.
Dalam undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, telah dirumuskan pengertian keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melalui BKKBN, terdapat beberapa program yang telah disusun BKKBN untuk mewujudkan keluarga berkualitas, melalui program kependudukan keluarga dan pembangunan keluarga (KKBPK).
Pembangunan keluarga sebagai bagian dari KKBPK, diwujudkan melalui pembinaan kelompok kegiatan (poktan) pemberdayaan keluarga. Kelompok-kelompok yang telah berjalan saat ini diantaranya adalah Bina Keluarga Balita (BKB), Bina keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (Uppks), Pusat Informasi dan konseling Remaja (PIKRM), Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS), dan Generasi Berencana (Genre). Semua program tersebut dijalankan oleh BKKBN melalui perpanjangan tangan kelompok kegiatan di masyarakat di tingkat RW. Sehingga di beberapa wilayah, BKKBN membentuk Kampung KB, yang menjadi koordinator kelompok kegiatan. Berbagai program ini, umumnya diikuti oleh anggota masyarakat yang aktif dalan organisasi di lingkungan masyarakat.
Akan tetapi, jumlahnya semakin lama semakin menurun. Kecenderungan masyarakat saat ini yang sibuk dengan aktivitas di pekerjaan maupun lainnya, seringkali mengurangi komunikasi dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Padahal semua kegiatan ini memberikan manfaat yang sangat besar. Misalnya, pada kegiatan Bina Keluarga Balita, tidak hanya melakukan peninmbangan melalui posyandu, tetapi bahkan sampai pada pembentukan PAUD. Bahkan ada juga yang melakukan program-program kreatif untuk balita. Atau program Genre yang menyasar remaja untuk menyiapkan pernikahan. Di program ini, pemerintah memberikan pelatihan bagi para remaja untuk menyiapkan pernikahan, sehingga saat mereka akan menikah, sudah faham konsep pembangunan keluarga. Pastinya juga akan mengurangi pernikahan anak, kehamilan muda dan perceraian.
Kehidupan Keluarga Era Milenial
Sumber : Pixabay |
Berbagai tantangan di era milenial saat ini, seperti narkoba, hubungan bebas, kenakalan remaja menjadi situasi yang harus difikirkan oleh para orang tua. Saat ini yang merupakan era keterbukaan, kebebasan berekspresi dan kemudahan memperoleh informasi harus dijadikan peluang kaum muda dalam menyusun rencana masa depan. Sehingga orang tua harus memberikan pengertian pada putra-putrinya, untuk memilih pergaulan dengan baik. Tidak tergiur pada godaan pergaulan yang sepertinya mengasyikkan dan wah, tapi justru menjerumuskan pada masalah. Tantangan di era masa depan tentunya akan lebih rumit dari era sekarang. Terutama dalam tantangan menjaga keluarga untuk tetap utuh, dapat menjalankan peran dan fungsi keluarga yang sesuai. Karena apapun perubahan yang terjadi, tetap keluarga akan menjadi orang terdekat dan sumber ketenangan jiwa.
Para remaja era milenial, kelak akan jadi orang tua. Sehingga, ika saat ini kehidupan terlihat serba mudah, para remaja tidak boleh larut dalam kemudahan hidup yang serba instant. Di masa lalu, dengan kesulitan hidup, para orang tua harus mengatur sedemikian rupa, sehingga banyak kearifan yang diajarkan dalam membangun dan menjaga keutuhan keluarga. Jika keluarga Indonesia semakin kuat dan sejahtera, akan mengimbas juga pada kekuatan nasional. Keberlangsungan negara ini ada di tangan para remaja yang kelak akan menjadi orang tua. Apa yang telah dilakukan orang tua masa lalu dan masa kini, bisa jadi belum sempurna. Di masa depan dengan semua sumber informasi dan kemudahan yang ada, keluarga Indonesia haruslah lebih kuat. Karena tantangan di masa depan pun lebih berat. Tinggal kita dapat membekali diri untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga. Tidak hanya dari sisi materi, tetapi yang terpenting adalah pendidikan karakter serta memperkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber :
BKKBN, 8 Fungsi Keluarga, Buku Pegangan Kader Bina Keluarga Remaja.
Ir Sudarmi, 2013, Upaya peningkatan kualitas Penduduk Melalui Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
Undang-undang No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Berita Online :
Undang-undang No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Berita Online :
Republika Online (21/1/2018), Ratusan Ribu Kasus Perceraian Terjadi Dalam Setahun
COMMENTS