Perempuan sering dianggap sebagai sosok yang lemah. Tetapi dibalik kelemahan, banyak sosok perempuan yang memiliki kekuatan, tidak hanya...
Perempuan sering dianggap sebagai sosok yang lemah. Tetapi dibalik kelemahan, banyak sosok perempuan yang memiliki kekuatan, tidak hanya untuk menguatkan diri dan keluarga, tetapi sesama perempuan lain. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Siti Ahadiat Hidayat, seorang ibu dan nenek berusia 76 tahun, yang sudah 15 tahun menjalani profesi sebagai relawan konselor di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Bandung. Ibu 4 anak dengan 10 cucu ini sudah lama menjalankan aktivitas sosial, sejak masa gadis. Kegiatan tersebut tidak terhenti saat beliau menikah, bahkan hingga suami yang dicintainya berpulang ke rahmatullah kegiatan sosial lah yang menjadi salah satu penyemangat hidup. Bisa jadi Ibu Aah adalah merupakan salah satu sosok Hero Zaman Now.
Pilihan Menjadi Konselor Bagi Perempuan Korban KDRT
Sebelum terlibat dalam P2TP2A Kota Bandung, Ibu Aah (panggilan ibu Siti Ahadiat), adalah seorang ustadzah yang aktif melakukan dakwah di beberapa pengajian ibu-ibu. Beliau juga aktif dalam mendampingi posyandu di wilayah Kecamatan Cibeunying Kaler, serta menjadi pengurus organisasi perempuan di Muslimat NU dan IIDI Kota Bandung. Minatnya dalam menyebarkan agama Islam serta pegetahuan konseling dari berbagi kursus psikologi yang diikuti membuat Ibu Aah memilih untuk membantu P2TP2 kota Bandung, yang dahulu merupakan sebuah lembaga sosial masyarakat, sebelum ditetapkan menjadi Unit Pelayanan Teknis pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Bandung.
Bersama Para Konselor di P2TP2A Kota Bandung |
Bersama Para Konselor P2TP2A Kota Bandung Ibu Aah no 2 dari Kiri |
Untuk mengenalkan produk para peserta pelatihan, sebagian dari mereka ada yang mengikuti pameran atau mendapatkan pesanan dari Ibu Aah dan teman-temannya. Sehingga setelah melakukan pelatihan, hasil dari pelatihan itu dapat dijadikan sebagai media untuk dapat melanjutkan kehidupan ekonomi mereka. Dengan bekal keterampilan inilah, para perempuan korban kdrt dapat mandiri. Di sela-sela aktivitas nya, Ibu Aah pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bandung, dan meraih gelar sarjana sosial dengan predikat Cum Laude. Selain itu, pada tahun 2004 mendapat penghargaan sebagai juara 3 keluarga teladan Kota Bandung dari BP4 Kantor Departemen Agama Kota Bandung.
Hidup Lebih Baik dengan Menolong Orang Lain
Hampir dari sebagian besar waktu Ibu Aah dilakukan untuk menjalankan aktivitas sosial. Mulai dari mengisi pengajian di beberapa majlis ta'lim, memberikan konseling, mengelola posyandu lansia (posbindu), hingga mengelola taman kanak-kanak bagi masyarakat dhuafa di Kelurahan Pungkur Kota Bandung. Sebuah rumah keluarga beserta masjid yang diwakafkan oleh almarhum KHA Hidayat (Penghulu Bandung), yang merupakan ayahanda dari Ibu Aah menjadi media jalan dakwah dan pendidikan bagi masyarakat. Saat ini, sebuah RA telah dijalankan selama 17 tahun. RA tersebut didedikasikan sebagai lembaga pendidikan bagi kaum dhuafa yang tidak dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Ibu Aah menyadari, bahwa usia balita adalah usia emas bagi seorang anak manusia. Kehidupan seseorang akan berjalan baik, jika mendapat stimulasi maksimal pada usia balita. "Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, akan kesulitan mendapatkan stimulasi pada usia balita. RA yang kami dirikan semoga dapat membantu semakin banyak anak-anak dari kaum dhuafa untuk mendapat stimulasi yang baik."
Kegiatan Pemberdayaan Lansia Dhuafa bersama Muslimat NU |
"Banyak perempuan di sekitar kita yang merupakan Pahlawan yang memiliki kiprah positif dalam mengisi kemerdekaan. Semangat Ibu Dewi Sartika merupakan pemantik bagi pemberdayaan masyarakat khususnya kaum perempuan. Dalam sebuah keluarga, ketika seorang ibu dalam kondisi stabil mentalnya, maka keluarga akan kuat. Tetapi jika seorang ibu dalam kondisi yang tidak kuat, maka keluarga akan berantakan. Kunci keberhasilan sebuah keluarga ada di tangan ibu. Jika sebuah keluarga memiliki seorang ibu yang tangguh dan berpikiran terbuka, akan menghasilkan anak-anak yang mandiri dan berpikiran maju. Tetapi jika seorang ibu dalam sebuah keluarga memiliki mental yang lemah, cengeng, maka anak-anaknya akan tumbuh menjadi anak yang manja. Itulah mengapa pemberdayaan masyarakat juga harus muncul dari pemberdayaan perempuan. Karena jika perempuan berdaya, maka keluarga akan berdaya, demikian penutup kata dari Ibu Aah." Pengalaman pribadi beliau menjadi orang tua tunggal sejak tahun 1992 menjadikan cermin beliau untuk dapat memberikan dorongan mental bagi para perempuan untuk dapat kembali bangkit demi kelangsungan kehidupan anak-anak mereka.
Sosok Ibu Aah, seorang nenek usia 76 tahun yang masih aktif dalam berbagai kegiatan sosial dapat menjadi cermin, bahwa kepedulian terhadap lingkungan dan semangat untuk memberdayakan masyarakat tidak harus terus dijaga hingga usia lanjut. Sangat disayangkan jika masih banyak orang yang hanya hidup untuk memperkaya dirinya sendiri. Semangat kemanusiaan yang dibawa Ibu Aah, sejalan dengan semangat Hari Ibu yang telah 89 tahun ini terus digelorakan oleh para ibu di organisasi perempuan. Bahwa peran perempuan dalam pembangunan sangatlah besar, baik di sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi melalui berbagai kegiatan kemasyarakatan yang terus digalakkan untuk menjadikan keluarga Indonesia menjadi sehat, cerdas, bahagia dan sejahtera.
#BulanKemanusiaan #HeroJamanNow #MembentangKebaikan
COMMENTS