Melakukan perjalanan ke luar daerah dalam situasi bekerja sekalipun tentunya membutuhkan keseimbangan. Walau tak sempat mengunjungi lo...
Melakukan perjalanan ke luar daerah dalam situasi bekerja sekalipun tentunya membutuhkan keseimbangan. Walau tak sempat mengunjungi lokasi wisata, kuliner dan oleh-oleh dapat menjadi media untuk mengenal budaya.
Seperti perjalanan saya ke Rembang akhir tahun 2016. Yang membuat saya dapat mencicipi berbagai kuliner lokal dan ternyata tidak hanya di satu kota.
Antara Rembang dan Semarang
Perjalanan ke Rembang saat itu kami tempuh melalui jalur darat yaitu naik kereta api dari Bandung ke Semarang, dilanjutkan dengan mobil carteran dari Semarang ke Rembang. Kami tiba di Semarang pukul 14.00. Perut sudah keroncongan karena sudah waktunya makan siang. Terbayang sudah aneka kuliner Semarang yang menggiurkan. Saat keluar pintu stasiun, teman kami sudah menjemput. Asyiik makan, pikir saya.
"Cari makan pak, lapar nih. Apa saja, asal cepat", Ujar teman kepada Pak Tanto, supir yang mengantar kami. "Boleh usul kita makan lepas Semarang? Sebentar lagi jam macet nanti kita kemalaman sampai. Ada tempat makan enak di depan. Pasti gak bakal menyesal", Balas Pak Tanto. Awalnya kami akan menolak, tetapi daripada terjebak macet, kami terima tawaran Pak Tanto.
Sebetulnya perut sudah sangat lapar, untung saya bawa perbekalan dua pak biskuit yang saya beli di stasiun Cimahi. Ssst, saya naik kereta dari stasiun Cimahi, soalnya kalau dari stasiun Bandung terlalu jauh dari rumah dan senin pagi, jalur Bojongsoang muacett luar biasa.
Satu jam setengah sudah kami menyusuri jalan pantura, melewati Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak. Pak Tanto membelokkan kendaraan ke sebuah tempat makan di Kudus. "Belum pernah makan garang asem kan? Nah disini tempatnya. Gurih, segar dan pedas. Cocoklah dalam kondisi hujan seperti sekarang" Saat memasuki Kudus, hujan turun dengan deras. Wah sepertinya memang pas rekomendasi Pak Tanto.
Garang Asem Kudus, Ciri Khas Kota Kretek
Tempatnya cukup luas, ramai, tersedia mesjid pula, sepertinya enak nih fikir saya. Kami memilih tempat duduk untuk 4 orang. Di meja tersedia daftar menu dan aneka kerupuk. Pak Tanto yang membantu kami memesan, "Garang asem 4, minumnya pada milih sendiri." Ternyata kami semua memesan teh hangat. Spesial saya, teh tawar saja.
Tidak berapa lama, datang sebuah dorongan berisi berpiring-piring garang asem dan aneka menu lainnya. Praktis juga penyajiannya. Tinggal menunggu nasi panas, yang datangnya belakangan. Seporsi garang asam ayam kampung dibungkus daun pisang dengan kepulan asap dan sepiring nasi panas tersaji di hadapan saya.
Aih, lada uy, spontan teman berkomentar, melihat irisan tomat
gurih dan segar, pas untuk dinikmati saat hujan. Perlahan saya makan sangking pedasnya, tapi walau mulut kepedasan, saya tak ingin berhenti sampai suapan terakhir. Daging ayam kampungnya gurih dan lembut. Porsinya besar, dan semula saya khawatir tidak habis. Tapi karena saking laparnya akhirnya habis juga. Perut saya penuh, lidah kepedasan, dan tak sanggup lagi untuk makan. Saking laparnya saya sampai lupa foto, dan saat teringat garang asam pun sudah habis, maap....
Untuk menikmati 1 porsi garang asem, cukup membayar Rp 25.000 plus Rp 5000,- untuk 1 porsi nasi dan Rp 3.000, untuk teh tawar panas. Rumah makan Gagasa (Garang Asem Sari Rasa) menyediakan menu lainnya seperti soto ayam. Jadi untuk yang tisak bisa makan pedas, masih bisa menikmati makan di sini.
Lokasi RM Gagasa, berada di jalur pantura kota Kudus, tak jauh dari lampu merah, sebelum gerbang kota. Rm ini tempatnya luas, begitupula lahan parkirnya. Selama lebih dari 1 jam kami di sana, tamu terua berdatangan silih berganti. Usai shalat ashar, kami melanjutkan perjalanan menuju Rembang. Jangan tanya kuliner lagi, menu makan sore kami sepertinya akan kuat menahan rasa lapar hingga waktu makan malam tiba.
#Travelling #Work #Kuliner #WisataKuliner #GarangAsem #Kudus #Pantura #JawaTengah #Blogger
COMMENTS