Siapa yang saat ini tidak kenal kota Bandung, kota juara yang saat ini dipimpin oleh seorang arsitek ganteng lulusan ITB. Kota yan...
Siapa yang saat ini tidak kenal kota Bandung, kota juara yang saat ini dipimpin oleh seorang arsitek ganteng lulusan ITB. Kota yang pernah menjadi tempat berlangsungnya konferensi Asia Afrika, kota yang mojangnya gareulis dan jajakanya karasep, kota para penggemar distro dan kuliner enak.
Bandung bagi saya tidak tergantikan, karena sejak lahir hingga saat ini saya memilih tinggal di Bandung. Sebelum ayah kami membeli rumah di daerah Cigadung tahun 1980, maka kami sempat mengontrak di beberapa daerah. Mulai Jl Rikrik didaerah Cipaganti, Mohamad Toha di Bandung Selatan, hingga Jl. Sukatinggal di daerah Pajajaran. Hampir separuh kota sudah saya jelajahi, bahkan sebagai pengguna angkot, hampir semua rute angkot cukup saya kuasai.
Dari semua hal menarik tentang kota Bandung, ada beberapa yang menjadi favorit saya. 1. Kuliner jadul.
Walau kuliner modern banyak tersebar di Bandung, tapi kuliner jadul masih memiliki penggemar favorit termasuk saya. Mulai dari masakan hingga kudapan masih bertahan hingga sekarang. Diantara sekian banyak makanan dan toko favorit saya adalah :
lotek dan karedok
karedok dan lotek adalah sejenis pecel dengan bumbu kacang. Yang membedakan lotek dengan karedok adalah jika lotek sayurannya matang, maka karedok sayurannya mentah. Khas lotek dam karedok Bandung adalah pemakaian kencur atau cikur. Pembeda lainnya adalah untuk mendapat bumbu yang "lekoh" atau kental, penjual lotek seringkali menambah ubi jalar atau kentang.
Jajanan pasar
Jajanan pasar, Bandung dikenal dengan pusat jajanan pasar mulai dari awug, surabi, cucur, carabikang, nagasari, cocorot dan banyak lagi. Sewaktu saya tinggal di Jl Sukatinggal, hampir sebagian tetangga kami adalah pembuat jajan pasar, termasuk ibu yang ikut-ikutan membuat kue lumpur. Walhasil setiap pagi sepiring jajanan pasar hangat selalu tersaji di meja. Sekarang tidak sulit mencari jajanan pasar. Pasar kue Buah batu dan beberapa toko masih menyediakan aneka jajan pasar.
Roti.
Disaat bermunculan toko kue dan roti darinluar beberapa tokonroti dan kue jadul masih bertahan. Sebut saja roti Djieseng Astanaanyar, Sumber Hidangan Jl. Braga, Sidodadi Jl. Otista. Roti rasa jaman Belanda yang tak tergerus modernisasi. Terlebih diminum bersama kopi aroma atau teh hijau Pangalengan. Hmm, nyummy. Kalian pasti ketagihan
2. Angkutan Kota
dan sudah sepuh pula. Pada tahun 1990-an di beberapa rute, dapat ditemui mahasiswa yang merangkap jadi supir angkot. Jadi bisa dipastikan supirna karasep tur sopan. Ya sekarang mah gak mungkin saya ngecengin supir angkot da tos buntutan. Sepertinya pula saat ini mungkin tidak ada mahadiswa yang jadi supir angkot.
3. Arsitektur Belanda
Bandung memang didisain sebagai kota untuk beristirahat. Alamnya yang sejuk dan nyaman membuat anda bakal betah duduk menikmati suasana kota. Sebut saja daerah sekitar Gedung Sate, jalan Braga, jalan Merdeka. Apalagi saat ini kursi tersedia cukup banyak di wilayah tersebut. Beberapa gedung bersejarah masih tertata apik seperti arsitektural jaman dulu, tetap menarik untuk dipandang walau sebagian sudah berubah menjadi arsitektur modern.
4. Ritme Kota yang Santai
Bandung bukanlah Jakarta, Surabaya, atau Medan. Kota-kota yang terkenal cepat dan hiruk pikuk. Ritme kehidupan di Bandung cenderung agak lambat. Sehingga akhirnya membuat suasana kerja di Bandung menjadi terasa lambat. Bagi sebagian, ritme ini dianggap menghambat tapi justru ritme ini membuat hidup lebih rileks dan berwarna. Jarang kita melihat kendaraan memacu seperti di Jakarta, atau orang-orang berlarian di jalan karena takut terlambat. Kota Bandung yang terdiri dari 30 kecamatan ini tampak gemulai seperti mojang yang sedang berjalan menggunakan kain dan kebaya.
5. Dialek Sunda Priangan
Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat termasuk daerah priangan bersama dengan Kab. Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab Sumedang. Dialek sunda halus yang menjadi bagian dari budaya mempengaruhi pergaulan masyarakat Bandung. Jangan harap akan menemukan warga Bandung yang berkata keras dan kasar, bahkan preman pun saat diajak bicara Sunda halus akan membalas dengan bahasa yang halus pula. Hade goreng kudu ku basa, yang artinya baik buruk harus dengan bahasa itu yang diajarkan orang tua sejak jaman dulu.
6. Fashion
Entah karena keberadaan Majalaya dan pabrik tekstil, urusan penutup tubuh sangat mudah diperoleh di Bandung mulai dari tutup kepala sampai alas kaki semua ada disini. Mulai dari kelas Tegal Gubug sampai Adibusana rancangan desainer juga dengan mudah ditemukan. Butuh kaos tinggal ke jalan Suci, rajutan ada di Binong Jati, kerudung dan topi bisa ditemukan di Cigondewah, bahkan sepatu dan sandal ada di Cibaduyut dan tas kulit banyak di Cikutra. Belum lagi jeans di Jl Tamim serta pakaian muslim yang tersebar di bebetapa titik. Urusan fashion, Bandung pusatnya. Sekolah tekstil dan desainnya ada disinu. Sebut Institut Teknologi Tekstil, dulu STT dan FSRD ITB yang memberi warna cukup kental bagi perkembangan fashion
Masih banyak cerita tentang Bandung yang bisa diungkap. Cerita tentang sekolah, kampus, jalan Dago yang dulu menjadi tempat nongkrong ABG tahun 90-an, pasar tematik, kegiatan komunitas, gerakan mahasiswa yang menjadi cikal bakal tokoh pergerakan dan LSM, dan masih banyak lagi. Bandung mungkin akan terus berdandan mengikuti perkembangan jaman. Tapi kondisi kota yang memiliki keterbatasan tidak akan mampu menampung jumlah penduduk yang lebih banyak. Walau modernisme dan teknologi digital terus berkembang, ciri khas Bandung yang santun, kreatif, dan artistik harus terus terjaga.
,
Kemana saya pergi kerinduan untuk kembali selalu ada. Terbukti, saya tak pernah bisa lama tinggal di kota lain, dan selalu ingin kembali ke Bandung.
#NiaHaryanto1stgiveaway
Tulisan ini diikutsertakan pada NiaHaryanto1stGiveaway : Unforgetable Bandung
setuju pisaaannn..
ReplyDeletelotek adalah makanan yg ngangenin, apalagi pas saya 7 tahun nggak di bandung..
lotek oooh lotekk
Hatur nuhun sudah berkunjung Teh Dessy, lotek is the best.
ReplyDeleteHatur nuhun Teh Dessy sudah berkunjung. Upami ka Bandung urang ngalotek.
ReplyDeleteBandung memang penuh cerita dan kisah
ReplyDeletesebagai orang ngakunya orang bandung, tetep ceu saya doyan lotek pisan..
ReplyDeletehayu tuh ngalotek sambil botram..
"Bandung" diciptakan saat Tuhan Tersenyum, Bandung bukan sekadar geogrhafi lebih dari itu adalah perasaan "pidi baiq" kalau g salah kutipannya begitu. :-)
ReplyDeleteTeh Tian, Teh Nchie Hanie, Kang Ian Damian, hatur nuhun tos kersa linggih. Hayu urang ngalotek 😊
ReplyDeleteJatuh cinta dgn Bandung sejak pertama menginjakkan kaki di kota ini, hingga betah dan nggak mau pulang
ReplyDeleteJatuh cinta dgn Bandung sejak pertama menginjakkan kaki di kota ini, hingga betah dan nggak mau pulang
ReplyDeleteSelamat datang di Bandung Cerita bunda, semoga betah jadi warga Bandung.
Deletesaya setuju mak, point (4)Ritme Kota yang Santai....betul gak kayak jakarta ato kota besar lainnya, klo di bandung "ngebut" dibilang "kebelet" sayangnya klo ritme kerja nya santai terus, kita harus takut kelibas persaingan tapi klo kita bekerja bergerak cepat dibilang "penjilat" susah susah gampang memang ritme ini. jd seperti mak tulis sepertimojang dengan kebaya, bergeraklah dengan eleghan.
ReplyDeletehehhehe... maaf panjang komennya
Dan meski saya bukan asli Bandung, sudah jatuh cinta pada kota ini :D. Banyak cerita ttg Bandung...
ReplyDelete