Review Buku : Sejenak Hening Penulis : Adjie Silarus Penerbit : Tiga Serangkai Review : September 2013 Genre : Motivasi Berbag...
Review Buku : Sejenak Hening
Penulis : Adjie SilarusPenerbit : Tiga Serangkai
Review : September 2013
Genre : Motivasi
Berbagai kesibukan yang mendera membuat kita terjebak untuk selalu berfikir tentang banyak hal walau saat itu kita sedang melakukan berbagai aktivitas. Cepatnya informasi membuat kita selalu berfikir tentang hal yang telah dilalui dan perencanaan masa depan. Situasi ini juga saya alami, sehingga seringkali saya tidak dapat lagi merasakan berbagai kenikmatan akan sesuatu yang dihadapi saat ini.
Sebuah "undangan" untuk membaca dan memberikan review buku Sejenak Hening, saya terima, di tengah kondisi padatnya kegiatan dan kondisi badan yang kurang fit. Tapi, ternyata buku ini memberikan sebuah energi untuk merecharge kondisi fisik yang mental yang terus-menerus didera aktivitas.
Sejenak Hening, sebuah buku yang ditulis Adjie Silarus, mengajak kita untuk Hening sejenak menikmati seluruh hidup dengan tanpa adanya rasa khawatir dan ketakukan akan situasi yang telah lalu dan akan datang. Dalam tulisan ke-2, yaitu "Menikmati Momen Sekarang" Adjie Silarus menuliskan bahwa kita diberi waktu 24 jam dalam setiap harinya untuk dinikmati hari itu. Bukan saja untuk mengenang masa lalu, dan merencanakan masa depan, tetapi untuk menikmati apa yang kita peroleh hari itu. Saat ini kita seringkali tidak menikmati apa yang kita alami, karena kita makan sambil menonton TV, membalas sms, membaca status BBM. Termasuk juga saat berbicara dengan teman.
Sebagaimana kutipan pada film Kungfu Panda, yang diucapkan oleh Master Shifu:
"yesterday is a history, tomorrow is a mystery,
but today is a gift. That is why it is called the “present”.
Tulisan lainnya, yaitu "Mengistirahatkan Pikiran", Adjie Silarus juga menyampaikan kondisi masyarakat saat ini yang sangat keras berfikir baik mengenai hal yang sudah terjadi, maupun merencanakan hal yang akan terjadi. Seperti hari-hari saya akhir-akhir ini yang rasanya selalu dikejar sesuatu. Target omzet, deadline, rencana projek baru, membuat saya tidak dapat lagi menikmati hidup. Padahal apa yang kita lakukan pada dasarnya adalah sesuatu yang harus kita nikmati.
Begitu pula kondisi kita yang terlalu diperbudak oleh sosial media yang membuat kita menjadi lebih tertarik untuk memperhatikan apa yang terjadi di luar sana hingga menafikan apa yang terjadi di dalam diri dan di lingkungan terdekat.Ya, saya juga merasakan benefit sosial media, tapi, terkadang, menjadikan kita penasaran akan hal yang tidak perlu.
19 tulisan lepas dalam buku Sejenak Hening, mendorong kita untuk dapat melepaskan diri sejenak dari rutinitas yang ada saat ini. Sehingga, saat saya melihat para petani yang bekerja sejak pukul 07.00 s.d 12.00 sangat berbeda dengan para pekerja di perkotaan yang seluruh hidupnya selalu dihantui dengan pekerjaan, sehingga dalam tidurnya pun memimpikan pekerjaan.
Kita memang perlu sejenak hening untuk merasakan desiran angin yang menerpa wajah, cipratan air pada kaki dan tangan, gelak tawa anak-anak saat bercerita kejadian lucu di sekolah, sepiring makanan yang kita masak untuk makan bersama keluarga, serta terhenti sejenak untuk mendengar sesuatu tanpa keinginan untuk menyelanya. Buku ini terbit bagai oase di tengah panasnya persaingan. Bagi saya pribadi, sejenak hening dapat membuat saya lebih menikmati hidup. Bersyukur terhadap apa yang kita miliki, dan menikmati apa yang kita peroleh dengan sebuah penghargaan.
COMMENTS