Dalam dua tulisan saya terdahulu, saya membahas mengenai entitas yang terlibat dalam sebuah sistem bisnis. Saat ini saya akan membahas ...
Dalam dua tulisan saya terdahulu, saya membahas mengenai entitas
yang terlibat dalam sebuah sistem bisnis. Saat ini saya akan membahas mengenai
supplier. Mungkin beberapa dari anda agak aneh, mengapa saya membahas supplier,
bukankah kita dapat memperoleh supplier dari mana saja? Apa tidak lebih baik
kita membahas tentang bisnis kita sendiri? ... Sabar, saya akan bahas satu
persatu, tapi saya mulai dahulu dari supplier.
Dalam bisnis di bidang produksi, supplier atau pemasok
adalah penyedia barang dan jasa yang menjaga keberlangsungan bisnis kita.
Memang benar, kita dapat memperoleh pasokan barang dan jasa dari mana saja,
tapi seberapa pentingkah supplier? Jawabannya adalah bergantung pada karakter
bisnis kita. Bisa jadi sangat penting, cukup penting, penting atau tidak
penting.
Untuk bisnis dengan pasokan bahan atau jasa yang sangat
spesifik, maka keberadaan supplier sangatlah penting. Karena tanpa supplier
tersebut, maka kita tidak akan memperoleh pasokan barang yang kita butuhkan.
Sebagai contoh, industri makanan yang menggunakan bahan baku bersertifikat
organik, maka membutuhkan pasokan dari petani atau kelompok tani yang
menyediakan bahan baku bersertifikat organik. Jika bahan yang dikirimkan tidak
memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan maka produk tersebut telah
menyalahi standar yang diberikan dalam label. Sehingga perlu mencari pemasok
lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Produk yang dihasilkan umumnya produk
yang eksklusif dengan nilai jual yang cukup tinggi. Umumnya konsumen membeli
produk tersebut tidak hanya melihat tampilan, rasa, maupun kemasan, tetapi juga
memperhatikan manfaat yang dihasilkan di balik produk, atau nilai tambah dari
produk tersebut. Dalam mencari bahan baku yang sesuai, perusahaan akan
mengajukan persyaratan yang cukup tinggi, namun juga berani membeli dengan
harga yang lebih tinggi, karena kontinuitas bahan baku sangat dibutuhkan. Supplier
atau pemasok umumnya tidak akan mengalihkan barang yang dihasilkannya pada
pembeli lain, karena perusahaan ini akan menjaga betul loyalitas pemasoknya.
Terkadang harga bahan baku sudah dipatok tinggi, karena produk yang dihasilkan
juga akan dijual dengan harga cukup tinggi.
Hal ini sudah barang tentu berbeda dengan produk yang dijual
masal. Umumnya perusahaan akan mencari bahan baku dengan harga murah, sehingga
tidak jarang akan berganti-ganti pemasok. Bisa jadi pemasok yang dipilih adalah
pemasok yang dapat mengajukan harga paling rendah. Tapi jangan salah juga.
Sering kali harga yang rendah juga harus dibayar mahal oleh perusahaan, karena
barang yang dibeli ternyata tidak berkualitas, sehingga akhirnya pemasok harus
membeli ulang produk yang dibutuhkan.
Kondisi yang kedua ini adalah kondisi yang umumnya terjadi
pada pelaku usaha mikro kecil. Seringkali kita mencari bahan baku dengan harga
murah, tapi yang diperoleh adalah sampah, karena barang yang dibeli ternyata di
bagian atas terlihat bagus, tapi di bagian bawahnya ternyata barang yang dibeli sudah
tidak dapat digunakan. Sehingga dalam hal ini, walau supplier tampaknya tidak
begitu penting, tetap saja menjadi salah satu penentu dari kualitas produk dan
harga jual produk kita.
Ada beberapa tips yang dapat dilakukan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Mencari pemasok yang dapat memenuhi kriteria
kebutuhan kita serta dapat menyepakati perjanjian bisnis.
2.
Memberi harga yang pantas bagi pemasok kita.
Ungkapan ada harga ada barang berlaku dalam berbagai hal, terutama dalam
bisnis. Jika kita berani memberikan harga yang menarik maka anda akan
memperoleh pemasok yang loyal.
3.
Mungkin
dalam era sekarang, bisnis berkeadilan sudah jarang dilakukan, tapi percayalah,
bahwa saat kita berlaku adil pada supplier, maka supplier juga akan
melakukan hal yang sama. Tak ada manusia
yang menolak jika mendapat perlakuan baik, jadi perlakukanlah parner kita
sebagaimana kita ingin diperlakukan. Dalam hal ini, walau kita adalah konsumen, supplier tentu senang
jika mendapat konsumen yang menyenangkan. pola-pola seperti ini mulai diterapkan pada bisnis di Eropa, sebagai contoh adalah model bisnis slow food di Italia.
4. Melakukan penghitungan harga pokok penjualan dengan benar. Seringkali para pelaku usaha mikro kecil, belum melakukan penghitungan biaya yang tepat, sehingga dalam perjalanannya seringkali kendala naiknya harga bahan baku menjadi masalah. Memang, kita bersaing dengan produsen lain yang menjual harga dengan lebih kompetitif, tapi yakinlah jika kita tepat menetapkan segment dan memiliki inovasi, maka produk kita masih dapat bersaing.
4. Melakukan penghitungan harga pokok penjualan dengan benar. Seringkali para pelaku usaha mikro kecil, belum melakukan penghitungan biaya yang tepat, sehingga dalam perjalanannya seringkali kendala naiknya harga bahan baku menjadi masalah. Memang, kita bersaing dengan produsen lain yang menjual harga dengan lebih kompetitif, tapi yakinlah jika kita tepat menetapkan segment dan memiliki inovasi, maka produk kita masih dapat bersaing.
COMMENTS