Cuaca di Bandung beberapa hari ini berubah-ubah. Kadang mendung, dilanjutkan dengan hujan. Kadang gerimis pagi hari, siangnya terik. ...
Cuaca di Bandung beberapa hari ini berubah-ubah. Kadang mendung, dilanjutkan dengan hujan. Kadang gerimis pagi hari, siangnya terik. Malah beberapa hari kemarin sempat gerimis seharian dengan angin kencang. Situasi ini membuat badan memberikan sinyal kepada otak, meminta disediakan menu makanan hangat, berlemak, pedas dan asam. Di Bandung, tidak sulit untuk mendapatkan menu seperti itu. Mie bakso, mie ayam, mie kocok, cuanki, batagor, baso tahu dan siomay, pempek, tekwan, sup buntut, sup kaki kambing, seblak, dan sederet menu lain menjadi impian. Tetapi, ternyata, kebutuhan tubuh tidaklah sesuai dengan daftar makanan yang disebutkan tadi. Akibatnya makanan ini sangat nyaman di mulut, tetapi kadang memberikan dampak di perut dan tubuh. Seperti yang terjadi pekan lalu. Saya mengalami gangguan pencernaan yang diikuti dengan vertigo. Sangat tidak nyaman dan cukup mengganggu, karena saya harus istirahat, di sela-sela tugas yang mulai berdatangan.
Seperti Apa Sih Kebutuhan Makan Kita?
Tubuh kita pada dasarnya membutuhkan makanan dengan menu seimbang yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, sumber vitamin, serat dan air. Tentunya kebutuhan zat gizi pada makanan tersebut berbeda, sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Tetapi, mata kita seringkali tergoda untuk mengkonsumsi menu makan yang ternyata tidak dibutuhkan tubuh. Seperti misalnya, saat ini anak-anak lebih menyukai konsumsi makanan yang serba digoreng dan instant. Sebut saja, ayam goreng tepung, burger, nugget, dan lainnya. Tentunya menu tersebut mudah juga disiapkan ibu, daripada harus menyiapkan pepes ikan, semur tahu dan lainnya. Padahal, anak-anak membutuhkan zat gizi yang beragam sesuai dengan usianya, berdasarkan info angka kebutuhan gizi..
Atau juga ajakan teman-teman untuk nongkrong di cafe saat ulang tahun, atau sekedar makan siang. Apalagi saat awal bulan, setelah gajian tidak jarang kita melakukan kunjugan ke cafe. Hari senin makan steak, selasa kongkow di rumah makan korea, rabu makan ramen, kamis makan pecel lele, jumat kumpul di rumah makan siap saji, hari sabtu dan minggu, bawa anak-anak jajan bakso atau ayam goreng tepung lengkap dengan kentang goreng. Nah, terbayang kan seperti apa makanan harian kita. Makanya tidak sedikit sekarang masyarakat Indonesia yang terkena penyakit degeneratif, mulai dari tekanan darah tinggi, diabetes, atau kandungan kolesterol dan trigliserida melebih ambang batas normal.
Menyiapkan Pola Makan Sehat untuk Keluarga
Seperti apa sih pola makan yang dianjurkan? Menurut kementrian kesehatan, sekarang ini kita harus melakukan konsumsi makanan berdasarkan pola makan seimbang. Pola makan seimbang yang dianjurkan saat ini adalah terdiri dari :
Karbohhidrat, 3-4 porsi sehari. 1 porsi setara 100 gram nasi, 3 lembar roti, atau 100 gram mie.
Sayur dan buah, dengan porsi sayur 250 gram sehari dan buah 150 gram sehari. Khusus untuk sayur, malah boleh sebanyak mungkin. Buat penyuka sayur, tidak perlu khawatir, tidak ada batasan untuk mengkonsumsi sayur. Malah dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur 3-4 porsi sehari, dan 2-3 porsi buah sehari.
Lauk-pauk, dikonsumsi dengan batasan konsumsi per porsi 35 gram daging sapi, atau 50 gram daging ayam, 1/2 ekor ikan, 5 butir telur puyuh atau 1 butir telur ayam. Wah, terbayang, kalau kita makan steak daging, per porsinya berapa gram ya?
Garam, gula dan minyak, dibatasi penggunaannya, dengan konsumsi garam maksimal 1/2 sendok per hari, dan gula 4 sdm per hari, dan minyak 5 sdm per hari. Nah terbayang kan, kalau kita setiap hari makan gorengan apa yang terjadi. 2 tahun lalu, saya harus diet, karena kadar kolesterol dalam darah mencapai 250. Padahal normalnya itu kolesterol dalam darah adalah kurang dari 200. Penyebabnya adalah, setelah idul fitri saya loss makan dan dalam 1 bulan, nyaris setiap hari makan gorengan. Sejak itu, saya skip gorengan dari daftar. Pokoknya boleh tapi dibatasi maksimal 2 pekan sehari.
Selain jenis bahan makanan, cara penyajian makanan pun harus disiasati. Kurangi makanan digoreng dan perbanyak makanan dikukus, maupun direbus. Sebetulnya Indonesia kaya akan kuliner sehat. Sebut saja sajian tumisan, pepes, sayur direbus seperti sayur asem, atau soto. Menu-menu ini tidak cukup sehat, tapi juga enak dikonsumsi. Memang, terkadang kita kesulitan saat harus menyiapkan menu makan sekeluarga dengan anak yang pemilih makanan. Tapi adalah tugas ibu untuk mengyediakan makanan sesuai kebutuhan.
Bagi emak pekerja, kadang lebih sering membeli makanan daripada masak. Tapi walau harus membeli, kita dapat menyesuaikan menu. Tidak semua digoreng. Sekali-kali beli tumisan, pepes, sayur berkuah, atau gado-gado. Yang mau praktis ya, bikin lalaban, seperti menu makanan orang sunda, cukup dengan nasi liwet, bakar ikan, pepes tahu, lalab dan sambal. Apa tidak nikmat tuh. Saya yakin, pasti tidak akan cukup hanya menyantap 100 gram nasi.
Semua kembali pada kita. Kalau mau sehat, kita harus menyiapkan makanan sehat. Tentunya sejak anak-anak usia balita, kita harus mengenalkan beragam jenis makanan sehat. Sehingga, sayur dan buah harus selalu tersedia setiap hari. Perlu perjuangan memang untuk menyiapkan makanan sehat bagi keluarga. Tetap semangat ya bunda, demi kesehatan anggota keluarga kita.
#SatuHariSatuKaryaIIDN
COMMENTS