Pagi tanggal 1212, udara Bandung sangat sejuk,
Pagi tanggal 1212, udara Bandung sangat sejuk, saya dan beberapa teman berencana menghadiri undangan dari UPTD Balai Pendidikan Pelatihan Perkoperasian dan Wirausaha (BP3W) Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat. Pukul 7.30 pagi kami sudah keluar gerbang
tol Buah Batu. Acara akan dimulai pukul 8.30, insya allah cukup waktu
satu jam untuk menuju ke Ciwidey. Sejak ada tol Soroja, waktu tempuh Buah Batu
Soreang, kurang dari 30 menit, padahal biasanya tidak pernah kurang dari 1 jam.
Pukul 8.15 kami tiba di Desa
Alam Endah, yang menjadi tempat Peluncuran Pesantren Juara, salah satu
program 100 hari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Pikiran saya melayang ke
tahun 90-an dulu, saat masih kuliah di Fakultas Pertanian Unpad. Lokasi ini
pernah menjadi tempat kunjungan kami mempelajari pengemasan hortikultura.
Sesampainya di lokasi, tampak
beberapa tamu undangan sudah hadir, begitu pula salah seorang teman satu tim
yang tinggal dari Cianjur. Sayang tim kami tidak lengkap, harusnya kalau
lengkap, ada 5 anggota tim yang hadir. Sejak 5 tahun yang lalu, tepatnya tahun
2014, saya dan 4 orang teman mendapat kepercayaan menjadi tim konsultan program
pencetakan 100 ribu wirausaha Jawa Barat.
Ternyata lokasi Peluncuran Pesantren Juara berada cukup jauh, sehingga kami harus memarkirkan kendaraan di tempat parkir,
dan menuju lokasi menaiki angkot yang sudah disediakan. Kemudian bersama
beberapa tamu lainnya, kami naik angkot ke lokasi pesantren yang jaraknya
sekitar 500 m. Setiba di pesantren, kami menemui Kiai Fuad pimpinan Pondok
Pesantren Al Ittifaq. Teh Iyeng, serasa kembali ke masa lalu, dimana kala itu,
Pesantren Al Ittifaq menjadi tempat bertugas ketika bergabung di program sarjana pendamping sekitar tahun 1997. Bersama 10 orang temannya, Teh Iyeng
membantu Ponpes Al Ittifaq untuk memasarkan sayuran ke toko modern. Saat
itu Toserba Gelael menjadi supermarket tujuan untuk memasarkan
produk pesantren.
Tim Konsultan WUB Jabar |
Peluncuran Pensantren
Juara
Kemudian, para tamu pun
diarahkan untuk menuju panggung acara. Di situ sudah berkumpul tamu undangan,
warga setempat, serta para santri. Sedangkan para pejabat, disediakan tempat di
panggung. Tidak lama kami menunggu, MC mengumumkan acara akan segera dimulai.
Panggung yang semula kosong, mulai dipenuhi para undangan yang terdiri dari
Gubernur Jawa Barat, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat,
Bupati Kab Bandung, Kiai Fuad dan para pejabat di lingkungan Pemprov Jabar dan
Pemkab Bandung.
Acara diawali dengan terbang salawat oleh tim Al Ittifaq, dilanjutkan menyanyikan lagu
Indonesia Raya, pembacaan ayat suci Al Quran Surat Ar Rahman, serta
sambutan-sambutan. Sebagai pembuka, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jawa
Barat, menyampaikan laporan kegiatan mengenai latar belakang program serta
pelaksanaan program OPOP. Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan dari pimpinan pesantren Al Ittifaq, Bupati
Bandung, dan terakhir sambutan dari Gubernur Jawa Barat.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat |
Perwakilan Ponpes Al Ittifaq |
Bupati Bandung Dadang M Naser |
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil |
Dalam sambutannya, Dadang M Naser, menyampaikan
potensi Kabupaten Bandung termasuk keberadaan pesantren yang cukup banyak.
Menurut Dadang, di setiap Kecamatan, tidak kurang terdapat 10 pesantren. Dan
itu merupakan potensi bagi penduduk Kab Bandung yang berjumlah 3,6 juta jiwa
dan 95 % adalah muslim. Keberadaan pesantren diharapkan dapat menjadi solusi bagi peningkatan kesejahteraan warga di Kabupaten Bandung. Usai sambutan Bupati, dilakukan penandatanganan prasasti sebagai tanda diresmikannya program Pesantren Juara. Dilanjutkan dengan sambutan Gubernur Jawa Barat.
Ridwan
Kamil, dalam sambutannya, menyampaikan alasan mengapa, pesantren menjadi salah satu sasaran
program seratus hari. Menurut Ridwan Kamil, dia berharap dalam kepemimpinannya,
Jawa Barat akan menjadi Juara Lahir Batin, atau Baldatun Thoyibatun Warrobun Ghofur.
Hal ini dikarenakan dia ingin penduduk Jawa Barat tidak hanya memikirkan casing
keduniawian, tetapi juga memperhatikan jiwa dalam bentuk keimanan. Santri tidak harus jadi kiai, tapi bisa jadi pengusaha. Dengan mempelajari ilmu agama, generasi muda memiliki iman yang kokoh. “Sehingga ke
depan, rakyat Jawa Barat itu memiliki 4 unsur, yaitu iman, pandai, berahlak dan sehat." Beliau meyakini dengan memiliki keempat unsur tadi, maka rakyat Jawa Barat akan menjadi Juara Lahir Batin.
Pesantren merupakan salah satu wadah untuk
menempa manusia sehingga beriman dan berahlak baik. Dan untuk menjadikan
pesantren mandiri, maka digagaslah program Pesantren Juara yang didalamnya
terdapat 17 kegiatan, salah satunya adalah One Pesantren One Product (OPOP). Apa
yang telah diraih oleh Pesantren Al Ittifaq dapat menjadi contoh untuk pesantren
lainnya. Sehingga, Al Ittifaq seperti disampaikan oleh Dadang Naser, sebagai
pesantren mandiri, dengan omset Rp 200 juta sebulan. Selain tidak pernah
meminta anggaran pada pemerintah, juga memiliki program pendidikan bagi santri
dhuafa.
Acara ditutup dengan teleconference antara
Gubernur Jawa Barat dengan 3 pesantren di Sukabumi, Bandung, dan Garut. Adanya
teknologi saat ini dapat digunakan oleh semua orang termasuk pesantren.
Sehingga dapat melakukan komunikasi dengan pesantren lain walaupun berada di
tempat yang berbeda dengan jarak yang tidak dekat.
17 Program Pesantren Juara |
One Pesantren One Produk
Seusai acara, seluruh tamu
undangan diajak untuk mengunjungi pameran yang menyajikan produk-produk hasil karya
pesantren yang telah memiliki kegiatan usaha. Terdapat 10 pesantren yang mengikuti
pameran di acara Grand Launching Pesantren Juara, yaitu :
1. PP Al Ittifaq
2. PP Ar-Risalah Cijantung IV
3. PP Darussalam
4. PP Darul Ilmi
5. PP Miftahul Ulum
6. PP Darul Hidayah
7. PP Al Quran Cijantung
8. PP Al Amin
9. PP Al Umanaa
10. PP Pagelaran 3
Pengunjung di depan stand Ponpes Cijantung |
Stand Ponpes Ar Risalah Ciamis |
Stand Ponpes Al Ummana Sukabumi |
Kalau urusan belanja mah, emak-emak pastinya senang. Eh, bukan cuman emak. Bapak-bapak juga terlihat berbelanja membeli produk-produk hasil karya pesantren. Dan yang paling banyak diserbu adalah Al Ittifak. Maklum, belum pada belanja. Dan sayuran pun jadi primadona siang tadi. Kapan lagi bisa beli sayuran sehat langsung dari kebun.
Senang melihat kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh pesantren-pesantren. Semoga melalui program OPOP dapat mendorong pesantren lainnya untujk mandiri, dan mencapai Jabar Juara Lahir Batin. (SNM)
Sumber : dokumentasi pribadi
Ibu-ibu Memborong Sayur di Ponpes Al Ittifaq |
Senang melihat kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh pesantren-pesantren. Semoga melalui program OPOP dapat mendorong pesantren lainnya untujk mandiri, dan mencapai Jabar Juara Lahir Batin. (SNM)
Sumber : dokumentasi pribadi
COMMENTS