Tugas ke Cirebon awal September lalu jadi moment buat saya bisa menikmati kuliner Cirebon yang tiada duanya. Siapa sih yang tidak tahu ...
Tugas ke Cirebon awal September
lalu jadi moment buat saya bisa menikmati kuliner Cirebon yang tiada duanya.
Siapa sih yang tidak tahu nasi jamblang, empal gentong, tahu gejrot, tapi
mungkin masih jarang yang tahun mie koclok dan docang.
Saat menjejakkan kaki di Cirebon saat dini hari, yang saya cari adalah tempat menunggu. Saya datang terlalu pagi, yaitu pukul 06.00 sedangkan kantor baru buka pukul 08.00. mau mencari penginapan juga rasanya enggan, karena, khawatir jarak dari kantor ke penginapan jauh.
Saat menjejakkan kaki di Cirebon saat dini hari, yang saya cari adalah tempat menunggu. Saya datang terlalu pagi, yaitu pukul 06.00 sedangkan kantor baru buka pukul 08.00. mau mencari penginapan juga rasanya enggan, karena, khawatir jarak dari kantor ke penginapan jauh.
Akhirnya saya putuskan untuk
menginap di Cirebon Plaza, yang letaknya di seberang grage mall. Sepintas
seperti wisma, tapi setelah melihat fasilitas di dalamnya, ya, masuk bintang 3.
Di sampingnya terdapat sebuah cafe yang cukup ramai. Kalau lihat spanduknya,
menu yang disajikan adalah hotdog. Hmm, sayang ya bukan makanan tradisional.
Terus terang, saya lebih suka makanan tradisional. Menu western, sekali-kali
boleh lah. Tapi lidah saya ini ya, Indonesia banget. Terlebih saya tinggal di
Bandung yang tiap hari pasti makan lalab. Ya iya lah, tinggal metik di halaman.
Gini-gini kan saya suka ngebon juga.
Kembali ke topik, selama tiga
hari di Cirebon, hanya beberapa menu khasCirebon ang sempat saya coba. Sisanya, harus menunggu
lagi, kapan saya dapat mampir ke kota ini. Terus terang, kapasitas perut saya
selama tiga hari tidak dapat menampung semua masakan Cirebon yang rasanya lezat
dan lezat sekali.
Nasi Jamblang
Siapa yang tidak kenal nasi jamblang,
menu satu ini tidak hanya ada di Cirebon, tapi juga dapat ditemui di beberapa
kota. Walaupun di Bandung dan Jakarta pernah menemukan menu satu ini, tapi
makan nasi Jamblang di kota asalnya yang pasti berbeda. Ciri khas nasi Jamblang adalah pada nasi dan
sambalnya. Jika nasi timbel dibungkus dengan daun pisang, atau nasi kucing
dibungkus dengan kertas nasi yang berwarna coklat, maka nasi jamblang dibungkus
dengan daun jati. Menurut wikipedia, nama nasi jamblang berasal dari nama
daerah tempat asal makanan tersebut, yaitu di daerah Jamblang di sebelah barat
Kota Cirebon. Menu yang disajikan pada nasi jamblang, umumnya adalah lauk-pauk
yang disajikan secara prasmanan. Umumnya lauk pauk yang disajikan terdiri dari sambal goreng, tahu sayur, paru-paru
(pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, otak
goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe.
Malam hari itu, saya makan di Nasi
Jamblang Mang Dul yang terletak di Jalan Cipto Mangunkusumo, di sebrang Grage
Mall. Dari hotel tempat menginap, saya berjalan kaki sekitar 300 meter. Malam
itu, saya makan bersama nasi jamblang, dengan lauk semur paru, goreng tempe dan
sambal. Nasinya, seperti biasa, saya ambil 2. Cukup lah untuk memenuhi perut
setelah seharian bekerja.
Saat membayar di kasir, mata saya
tertuju pada penganan yang bentuknya mirip srikaya, tapi di sekelilingnya
seperti dilapisi kulit dari ketan. Sayang penjual tidak dapat menyebutkan nama
kue tersebut. Sebungkus nasi jamblang saya bawa pulang setelah membayar Rp
19.000 ditambah empat buah kue seharga Rp 7.000
Sst, saya bungkus nasinya, karena sebelumnya saya makan
menu satu ini. Apa coba...
Docang
Mendengar namanya yang asing,
saya sempat bertanya, karena terus terang saya baru dengar. Saat masuk rumah
makan, saya coba cari yang paling aneh,
ya, namanya juga pelancong kalau makan yang biasa-biasa saja, ya bukan
pelancong dong. Tapi sebagai muslim, saya tanya dulu bahan dan prosesnya. Kalau
melihat penampilan yang empunya yang keturunan Arab, insya allah halaal. Saya tanya pada pelayan apa itu
docang, dijawabnya docang merupakan sajian lontong dengan toge dengan
menggunakan kuah oncom. Baiklah, oncom bukan makanan aneh buat saya. Akhirnya
saya putuskan memesan menu satu ini.
Kembali menurut wikipedia,
docang adalah baceman dari dage menjadi oncom dan toge kacang hijau, dilengkapi
dengan sayur daun singkong. Secara tampilan seperti toge goreg, tapi lebih berkuah. Makanan ini
menurut saya enak disantap dengan ditambahkan sambal rawit. Rasa oncom yang
kental, agak mirip kerupuk banjur yang banyak dijajakan di Bandung saat bulan
Rhamadlan. Akan tetapi, yang berbeda, docang bumbunya lebih ringan. Dalam
kuahnya terdapat irisan daun bawang dan taburan kerupuk.
Saya membeli docang di
sebuah rumah makan yang terletak dua bangunan dari Nasi Jambalng Mang Dul. Docang yang saya santap seharga Rp 8.000,
untuk minumnya, saya pesan teh tawar,
dan saya dapat gratiss.
Empal Gentong dan Empal Asem
Pada hari kedua, saya dan tim
berangkat menuju Sukahaji Majalengka. Di
perjalanan rekan yang orang Cirebon mengatakan kalau di daerah tersebut sulit
mendapat makanan. Tepat di depan mesjid agung, kami menemukan tukang empal
gentong. Memang bukan empal gentong yang direkomendasikan, tapi tak apalah demi
mengganjal perut it’s ok.
Menurut adik saya, ada tempat
makan Empal Gentong dan Empal Asem terkenal di Kota Cirebon, namanya empal
gentong Haji Apud. Rumah Makan Empal
Gentong H Apud berada di Jl. Raya Ir H Juanda No 24 Batembat Tengah Tani
Cirebon. Kalau dari Grage mall, lumayan cukup jauh lokasinya, saya harus
menggunakan angkutan umum yang mengarah ke daerah Plumbon.
Berhubung masih dalam suasana
idul Adha, saya masih punya stok iga dan daging sapi. Demi membayar ketidak
sempatan saya mencicipi empal asem, mari masak yuk. Saya tuliskan resep empal
asem, yang walaupun masih menggunakan bahan daging sapi, tapi karena
menggunakan asamjawa, dan dilengkapi jeruk purut serta tomat, akan dapat
menguraikan lemak yang terdapat pada daging sapi. Hehehe, ceritanya, pengen
makan enak, tapi tanpa resiko.
Resep Empal Asem
250 gram Daging
sandung lamur (rebus sampai empuk)
250 gram Iga sapi
(rebus sampai empuk)
2 batang Serai
4 lembar Daun salam
75 ml Air
asam
Secukupnya Garam
Secukupnya Gula Pasir
2 liter Air
2 sdm Minyak
untuk menumis
Bahan Halus :
8 butir Bawang
Merah
5 siung Bawang
Putih
5 butir Kemiri
1 sdm Ketumbar
(disangrai)
1 sdt Merica
bubuk
2 cm Lengkuas
Bahan Pelengkap
2 buah Tomat
Secukupnya Jeruk purut
Secukupnya bawang goreng
2 batang Daun
bawang
Cara Membuat :
1.
Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan
2. Rebus
kembali daging dalam 2 liter air, tambahkan serai dan daun salam
3. Haluskan
bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, lengkuas dan merica
4. Tumis
bumbu yang sudah dihaluskan
5. Masukkan
bumbu yang telah ditumis ke dalam rebusan daging, lalu tambahkan air asam,
garam, gula pasir, tunggu hingga mendidih
6.
Sajikan dengan pelengkap
Oh ya, resep ini dikirim oleh Ery S Yuniar, pada web : http://cookpad.com. Trima kasih untuk resepnya, mau saya eksekusi untuk menu makan hari ini. Nah buat yang mau buat juga, selamat masak dan selamat menikmati masakan Cirebon yang luar biasa. Liputan saya masih belum selesai, tapi saya posting dulu bagian pertama ini. Bagian kedua semoga bisa diposting secepatnya.
Mak, aku pernah makan ini di cirebon. Jualnya ada di pinggir jalan. Sampe amazing soalnya kok jualannya ada di pinggir jalan bukan masuk di resto ahhaha
ReplyDeleteIya Mbak Winda, menu khas gampang carinya. Setiap pojokan pasti ada. Terima kasih sudah mampir.
ReplyDelete