Hari ulang tahun, hanya terjadi satu hari dalam sepanjang tahun. Bagi sebagian orang, ulang tahun merupakan hari istimewa, dimana orang-oran...
Hari ulang tahun, hanya terjadi satu hari dalam sepanjang tahun. Bagi sebagian orang, ulang tahun merupakan hari istimewa, dimana orang-orang terdekat akan mengucapkan selamat, memberikan surprise party, atau hadiah istimewa, tapi bagi sebagian orang lainnya, ulang tahun hanyalah sebuah penanda penambah usia yang bahkan sering pula tak diingat termasuk yang bertambah usia pada hari tersebut.
Bagi saya, yang sejak berusia satu tahun selalu mengalami perayaan ulang tahun, maka ulang tahun menjadi sebuah moment yang ditunggu-tunggu. Jika waktu kecil, ulang tahun saya dirayakan oleh keluarga dan teman, maka semakin beranjak dewasa, ulang tahun menjadi sebuah moment yang ditunggu untuk dapat memperoleh sebuah pencapaian atau mungkin sederet doa dari orang-orang terdekat.
Ada beberapa moment ulang tahun yang masih terus saya ingat hingga saat ini berusia 43 tahun. Diantaranya adalah ulang tahun saat saya kecil hingga berusia 12 tahun. Perayaan ulang tahun saat kecil sudah pastilah ditunggu, karena saat itu keluarga besar kami berkumpul, dan keluarga besar berarti banyak hadiah. Beranjak remaja, perayaan ulang tahun sudah tidak dilakukan lagi, berbeda lah suasana ulang tahun anak dan remaja. Saya memilih untuk tidak dirayakan.
Menginjak 17 tahun, saya membuat sendiri perayaan ulang tahun, yaitu dengan menjalankan "ritual" nonton di bioskop. Untuk anak usia sekarang, bioskop sudah barang tentu bukan tempat yang aneh. Tapi, masa saya remaja dulu, ada pengaturan penonton film bioskop. anak-anak hanya boleh menonton film semua umur, remaja usia dibawah 17 tahun hanya boleh menonton film 13 tahun ke atas, dan film dengan label untuk usia 17 tahun hanya boleh ditonton oleh yang berusia 17 tahun ke atas. Sebagai anak yang baik, saya tidak berani menonton film sebelum usia 17 tahun. Pada hari itu, sepulang sekolah saya menonton film sendiri di bioskop. Film yang saya tonton adalah Young Guns, film tentang sekumpulan koboy yang dibintangi oleh Charlie Sheen, Lou Diamond Philips dan hmm, saya lupa lagi pemain yang lainnya. Ke bioskop sendirian ternyata tidak menyenangkan, akhirnya, itu pengalaman pertama dan terakhir saya nonton film di bioskop sendiri.
Saat remaja, ulang tahun yang tak terlupakan adalah ulang tahun ke 18, karena tahun itu saya mendapat kebahagiaan bertubi-tubi. Beberapa permintaan saya "terwujud" dalam waktu yang bersamaan, mulai dari punya sim A, mendapat hadiah yang diidam-idamkan dan diterima UMPTN.
Memasuki masa kuliah, ulang tahun berjalan biasa, umumnya diisi makan dengan teman-teman sekelas saling traktir, tidak ada yang sangat spesial, dan itu berlangsung selama 5 tahun. Begitu pun setelah menikah. Ulang tahun terasa biasa, diisi dengan ucapan selamat dari keluarga dan acara makan bersama.
Semakin bertambah usia, perayaan ulang tahun bukanlah dimaknai dengan acara makan-makan, tiup lilin, dan potong kue, tapi lebih pada pencapaian prestasi atau kebaikan yang diberikan. Apakah pencapaian tahun ini lebih baik atau lebih buruk dari tahun sebelumnya. Apakah ada makna yang diberikan dan sebagainya. Saya mulai berfikir saat saya sedang bertugas di Medan. Pas di malam ulang tahun seorang teman menelpon, dan dia menanyakan apakah target saya tahun itu sudah tercapai serta apakah ada hal-hal buruk yang saya lakukan tahun sebelumnya. Saya sempat berfikir, target apa? selama ini saya tidak pernah membuat target apapun semua mengalir bagai air, begitu pula, saya tidak pernah melakukan introspeksi terhadap semua yang sudah terjadi. Saat itulah saya mulai berfikir untuk membuah pencapaian-pencapaian setiap tahun. Jika yang lain membuat resolusi saat tahun baru, maka saya membuat resolusi pada penambahan usia.
Sejak tahun 2009, sudah enam tahun saya membuat rencana tahunan di hari ulang tahun. Bagi saya saat ini, ulang tahun adalah sebuah penanda penambahan usia, yang berarti ada capaian-capaian tertentu yang harus dapat dituju. Sehingga bukanlah sebuah seremonial tiup lilin atau potong kue akan tetapi sebuah moment introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan tahun sebelumnya serta menentukan target yang harus dicapai hingga tahun depan.
Tahun lalu, saya berhasil menorehkan nama di sebuah harian di Jawa Tengah di hari ulang tahun. Saat itu, saya mengirimkan artikel di surat kabar dan dimuat saat hari ulang tahun. Hari ini, tidak ada penghargaan, sebuah pencapaian, semua biasa-biasa saja. Yang istimewa adalah penampilan Danis si bungsu, saat membacakan ayat suci Al Quran saat pembukaan acara pembagian raport di sekolahnya. Hadiah bagi saya yang tidak ternilai hari ini.
Sebagai manusia, ya, saya tidak pernah menolak sebuah perayaan kecil di keluarga, terlebih jika diiringi dengan doa. Doa bagi saya adalah penguat, sehingga thanks to Sosial Media yang membuat hari jadi kita selalu terpajang di dinding. Walhasil sejak pergantian hari, ucapan selamat serta doa dari teman menjadi pengisi dinding akun sosial media. Dan bagi saya itu lebih dari berbagai hadiah yang diterima.
Happy birthday to me, ditemani secangkir es krim coklat dan satu pan pizza buatan Teh Ina, anak saya yang paling besar, ulang tahun ini terasa indah, terlebih diikuti dengan lantunan surat Al Fiil dan Al Humazah dari si bungsu saat pembukaan pembagian raport di sekolahnya. Cerita ulang tahun setiap orang tidak lah sama. Mimpi dan harapannya juga tak sama. Ada yang menyukai surprise party, ada yang berharap dapat hadiah istimewa, ada yang berharap mendapat ucapan selamat dan doa bahkan ada yang biasa saja atau tidak ingin mengingat hari ulang tahunnya.
Terima kasih untuk doa dari semua rekan dan keluarga, semoga di tahun ini saya menjadi lebih baik dari tahun kemarin. Semoga saya selalu diberi kesehatan, dan semangat ekstra untuk meningkatkan pencapaian-pencapaian, dan menurut seorang teman, semoga semakin dewasa. Usia 43 tahun bukanlah usia belia, bahkan menurut ilmu psikologi usia 40 tahun adalah batas maksimal kematangan prikologis.Saya dewasa kok, cuma penampilannya yang mungkin awet muda, hehehe.
Happy birthday to me, barakallah fii umrik, I hope I will get all my best.
Bandung, 6 Juni 2015 pukul 19.30
Bagi saya, yang sejak berusia satu tahun selalu mengalami perayaan ulang tahun, maka ulang tahun menjadi sebuah moment yang ditunggu-tunggu. Jika waktu kecil, ulang tahun saya dirayakan oleh keluarga dan teman, maka semakin beranjak dewasa, ulang tahun menjadi sebuah moment yang ditunggu untuk dapat memperoleh sebuah pencapaian atau mungkin sederet doa dari orang-orang terdekat.
Ada beberapa moment ulang tahun yang masih terus saya ingat hingga saat ini berusia 43 tahun. Diantaranya adalah ulang tahun saat saya kecil hingga berusia 12 tahun. Perayaan ulang tahun saat kecil sudah pastilah ditunggu, karena saat itu keluarga besar kami berkumpul, dan keluarga besar berarti banyak hadiah. Beranjak remaja, perayaan ulang tahun sudah tidak dilakukan lagi, berbeda lah suasana ulang tahun anak dan remaja. Saya memilih untuk tidak dirayakan.
Menginjak 17 tahun, saya membuat sendiri perayaan ulang tahun, yaitu dengan menjalankan "ritual" nonton di bioskop. Untuk anak usia sekarang, bioskop sudah barang tentu bukan tempat yang aneh. Tapi, masa saya remaja dulu, ada pengaturan penonton film bioskop. anak-anak hanya boleh menonton film semua umur, remaja usia dibawah 17 tahun hanya boleh menonton film 13 tahun ke atas, dan film dengan label untuk usia 17 tahun hanya boleh ditonton oleh yang berusia 17 tahun ke atas. Sebagai anak yang baik, saya tidak berani menonton film sebelum usia 17 tahun. Pada hari itu, sepulang sekolah saya menonton film sendiri di bioskop. Film yang saya tonton adalah Young Guns, film tentang sekumpulan koboy yang dibintangi oleh Charlie Sheen, Lou Diamond Philips dan hmm, saya lupa lagi pemain yang lainnya. Ke bioskop sendirian ternyata tidak menyenangkan, akhirnya, itu pengalaman pertama dan terakhir saya nonton film di bioskop sendiri.
Saat remaja, ulang tahun yang tak terlupakan adalah ulang tahun ke 18, karena tahun itu saya mendapat kebahagiaan bertubi-tubi. Beberapa permintaan saya "terwujud" dalam waktu yang bersamaan, mulai dari punya sim A, mendapat hadiah yang diidam-idamkan dan diterima UMPTN.
Memasuki masa kuliah, ulang tahun berjalan biasa, umumnya diisi makan dengan teman-teman sekelas saling traktir, tidak ada yang sangat spesial, dan itu berlangsung selama 5 tahun. Begitu pun setelah menikah. Ulang tahun terasa biasa, diisi dengan ucapan selamat dari keluarga dan acara makan bersama.
Semakin bertambah usia, perayaan ulang tahun bukanlah dimaknai dengan acara makan-makan, tiup lilin, dan potong kue, tapi lebih pada pencapaian prestasi atau kebaikan yang diberikan. Apakah pencapaian tahun ini lebih baik atau lebih buruk dari tahun sebelumnya. Apakah ada makna yang diberikan dan sebagainya. Saya mulai berfikir saat saya sedang bertugas di Medan. Pas di malam ulang tahun seorang teman menelpon, dan dia menanyakan apakah target saya tahun itu sudah tercapai serta apakah ada hal-hal buruk yang saya lakukan tahun sebelumnya. Saya sempat berfikir, target apa? selama ini saya tidak pernah membuat target apapun semua mengalir bagai air, begitu pula, saya tidak pernah melakukan introspeksi terhadap semua yang sudah terjadi. Saat itulah saya mulai berfikir untuk membuah pencapaian-pencapaian setiap tahun. Jika yang lain membuat resolusi saat tahun baru, maka saya membuat resolusi pada penambahan usia.
Sejak tahun 2009, sudah enam tahun saya membuat rencana tahunan di hari ulang tahun. Bagi saya saat ini, ulang tahun adalah sebuah penanda penambahan usia, yang berarti ada capaian-capaian tertentu yang harus dapat dituju. Sehingga bukanlah sebuah seremonial tiup lilin atau potong kue akan tetapi sebuah moment introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan tahun sebelumnya serta menentukan target yang harus dicapai hingga tahun depan.
Tahun lalu, saya berhasil menorehkan nama di sebuah harian di Jawa Tengah di hari ulang tahun. Saat itu, saya mengirimkan artikel di surat kabar dan dimuat saat hari ulang tahun. Hari ini, tidak ada penghargaan, sebuah pencapaian, semua biasa-biasa saja. Yang istimewa adalah penampilan Danis si bungsu, saat membacakan ayat suci Al Quran saat pembukaan acara pembagian raport di sekolahnya. Hadiah bagi saya yang tidak ternilai hari ini.
Sebagai manusia, ya, saya tidak pernah menolak sebuah perayaan kecil di keluarga, terlebih jika diiringi dengan doa. Doa bagi saya adalah penguat, sehingga thanks to Sosial Media yang membuat hari jadi kita selalu terpajang di dinding. Walhasil sejak pergantian hari, ucapan selamat serta doa dari teman menjadi pengisi dinding akun sosial media. Dan bagi saya itu lebih dari berbagai hadiah yang diterima.
Happy birthday to me, ditemani secangkir es krim coklat dan satu pan pizza buatan Teh Ina, anak saya yang paling besar, ulang tahun ini terasa indah, terlebih diikuti dengan lantunan surat Al Fiil dan Al Humazah dari si bungsu saat pembukaan pembagian raport di sekolahnya. Cerita ulang tahun setiap orang tidak lah sama. Mimpi dan harapannya juga tak sama. Ada yang menyukai surprise party, ada yang berharap dapat hadiah istimewa, ada yang berharap mendapat ucapan selamat dan doa bahkan ada yang biasa saja atau tidak ingin mengingat hari ulang tahunnya.
Terima kasih untuk doa dari semua rekan dan keluarga, semoga di tahun ini saya menjadi lebih baik dari tahun kemarin. Semoga saya selalu diberi kesehatan, dan semangat ekstra untuk meningkatkan pencapaian-pencapaian, dan menurut seorang teman, semoga semakin dewasa. Usia 43 tahun bukanlah usia belia, bahkan menurut ilmu psikologi usia 40 tahun adalah batas maksimal kematangan prikologis.Saya dewasa kok, cuma penampilannya yang mungkin awet muda, hehehe.
Happy birthday to me, barakallah fii umrik, I hope I will get all my best.
Bandung, 6 Juni 2015 pukul 19.30
COMMENTS