Program pemanfaatan pekarangan bukanlah hal baru. Masa orde baru kita mengenal program warung hidup dan apotik hidup yang dijalankan oleh ib...
Program pemanfaatan pekarangan bukanlah hal baru. Masa orde baru kita mengenal program warung hidup dan apotik hidup yang dijalankan oleh ibu-ibu pengurus PKK. Saat itu usia saya masih 12 tahun, ketika ibu saya aktif melakukan penyuluhan program tersebut.
Berganti kepemimpinan, berganti pula program, sehingga para ibu mulai jarang menanami halaman dengan tanaman sayur dan tanaman obat. Beberapa tahun terakhir kegiatan berkebun di pekarangan ramai kembali menjadi berita. Salah satu pemicunya, naiknya harga cabe merah secara fantastis yang mencapai Rp 100 ribu/kg. Walhasil saya pun ikut menanam cabe di pekarangan. Lain lagi dengan teman saya, dia bahkan menanam padi. Walau hasilnya tidak sebaik para petani.
Lalu bagaimana dengan sekarang? Tingginya harga sayur menjadi salah satu motivasi, terlebih setelah program berkebun menjadi program pemerintah untuk mendukung ketahanan pangan. Sebut saja Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang digagas Litbang Kementrian Pertanian yang didukung pula dengan program Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/kota.
Ibu-ibu dapat menanam sayur secara mandiri. Beberapa benih bisa diperoleh dari biji buah atau bunga dari tanaman yang mau kita tanam, seperti cabe, sawi dan kemangi. Bisa juga dengan lmenancapkan akar tanaman seperti daun bawang, dan seledri. Jika ingin jenis tanaman sayur lsinnya, kita bisa membeli benih di toko pertanian di wilayah kita. Bahkan jika tempat tinggal kita menjadi wilayah program KRPL maka kita bisa memperoleh benih dari kebun benih Desa/Kelurahan.
Menanam sayur di pekarangan juga bisa menambah keindahan tampilan rumah. Tentunya tidak seperti menanam sayur di kebun. Kita bisa memanfaatkan pot, talang air, paralon atau wadah lainnya sebagai media. Ingin menanam sayur di pot gantung juga bisa.
Jadi, bagaimana dengan ibu, tertarik juga untuk menanam sayur di pekarangan?
Berganti kepemimpinan, berganti pula program, sehingga para ibu mulai jarang menanami halaman dengan tanaman sayur dan tanaman obat. Beberapa tahun terakhir kegiatan berkebun di pekarangan ramai kembali menjadi berita. Salah satu pemicunya, naiknya harga cabe merah secara fantastis yang mencapai Rp 100 ribu/kg. Walhasil saya pun ikut menanam cabe di pekarangan. Lain lagi dengan teman saya, dia bahkan menanam padi. Walau hasilnya tidak sebaik para petani.
Lalu bagaimana dengan sekarang? Tingginya harga sayur menjadi salah satu motivasi, terlebih setelah program berkebun menjadi program pemerintah untuk mendukung ketahanan pangan. Sebut saja Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang digagas Litbang Kementrian Pertanian yang didukung pula dengan program Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/kota.
Ibu-ibu dapat menanam sayur secara mandiri. Beberapa benih bisa diperoleh dari biji buah atau bunga dari tanaman yang mau kita tanam, seperti cabe, sawi dan kemangi. Bisa juga dengan lmenancapkan akar tanaman seperti daun bawang, dan seledri. Jika ingin jenis tanaman sayur lsinnya, kita bisa membeli benih di toko pertanian di wilayah kita. Bahkan jika tempat tinggal kita menjadi wilayah program KRPL maka kita bisa memperoleh benih dari kebun benih Desa/Kelurahan.
Menanam sayur di pekarangan juga bisa menambah keindahan tampilan rumah. Tentunya tidak seperti menanam sayur di kebun. Kita bisa memanfaatkan pot, talang air, paralon atau wadah lainnya sebagai media. Ingin menanam sayur di pot gantung juga bisa.
Jadi, bagaimana dengan ibu, tertarik juga untuk menanam sayur di pekarangan?
COMMENTS