Hari kedua Ramadhan, para pebisnis musiman sudah mulai menjalankan usaha sejak kemarin. Di satu grup makanan di sosial media facebook, ...
Hari kedua Ramadhan, para pebisnis musiman sudah mulai menjalankan usaha sejak kemarin. Di satu grup makanan di sosial media facebook, salah seorang bakulan kue bertanya, apakah kue yang dibuatnya terlalu mahal atau tidak. Di satu sesi pelatihan WUB Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat, para peserta kelas ide bisnis banyak pula yang bertanya hal sama. Bahkan, dalam pelatihan kewirausahaan di salah satu Provinsi, ada wirausaha yang bisnisnya sudah berjalan lama, ternyata salah menghitung hpp. Kira-kira para rekan wirausaha masih pada bingung jugakah dalam menentukan hpp dan harga jual?
Salah satu cara menentukan harga jual, adalah dengan menghitung dulu harga pokok penjualan atau HPP. Loh, kok harus hitung HPP dulu, bukannya bisa tinggal mengikuti saja harga jual produk sejenis? HPP bisa dikatakan sebagai harga berdasarkan biaya produksi. Sebelum menghitung hpp, perlu diketahui dulu, apa saja biaya yang akan dibutuhkan untuk menjalankan usaha.
Biaya Usaha
Dalam menjalankan usaha, ada 2 jenis biaya yang dibutuhkan :
- Biaya Langsung
Adalah : biaya
yang melekat secara langsung pada produk atau jasa yang dihasilkan
Contoh :
·
Bahan baku dan penunjang digunakan langsung dalam
produk, disebut : biaya bahan
·
Upah dan tunjangan ( seperti:
pensiun, uang makan ) yang dibayarkan kepada pekerja sesuai jumlah waktu yang
mereka habiskan untuk membuat produk, disebut: biaya tenaga kerja
- Biaya Tidak langsung
Adalah : biaya
–biaya lain yang anda butuhkan dalam menjalankan usaha.
Kadangkala disebut; Overhead (biaya
umum) atau pengeluaran
Contoh :
·
Penggunaan bangunan, mesin dan
peralatan, pemeliharaan, perbaikan, pemindahan benda-benda ini;
·
Tenaga, listrik dan pemanasan
·
Gaji yang dibayar kepada setiap
orang yang secara tidak langsung yang terlibat dalam pembuatan produk,
·
Biaya kantor ( alat tulis,
pos,telepon, dan sebagainya )
·
Biaya penjualan selain gaji;
dan
·
Biaya Keuangan ( misal; bunga
pinjaman )
Cara Menentukan HPP
Setelah tahu apa saja biaya dalam usaha, dapat dikatakan, bahwa hpp diperoleh dengan menghitung biaya langsung. Biaya yang dikeluarkan dalam penetapan hpp atau biaya langsung adalah biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan dan biaya tenaga kerja langsung.
Yang dimaksud dengan biaya bahan diantaranya adalah
1. Bahan baku
2. Bahan penunjang (asesoris dan kemasan).
Tenaga kerja langsung
adalah tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Bisa dalam bentuk tenaga kerja harian, mingguan atau borongan. Upah setiap pekerja nanti akan diperhitungkan dalam harga per satuan produk (barang atau jasa). Jika pemilik juga berperan sekaligus pekerja, karena umumnya usaha baru dijalankan semua sendiri, ada baiknya upah tenga kerja langsung mulai diberlakukan. Walau sementara diberikan pada pemilik.
Itu kan kalau di pabrik bu, yang barangnya banyak, Kalau usaha mikro yang produknya cuma satu bagaimana? Tetap, kita menentukan dulu HPP, yang akan membantu dalam menentukan harga jual. Mengapa harus dihitung dulu HPP, tujuannya adalah supaya wirausaha dapat menentukan harga dasar produk. Akan membantu saat mendapat order besar, juga saat menentukan harga untuk distributor, maupun reseller. Dan tentunya juga untuk dapat melakukan efisiensi di masa depan, saat usaha semakin besar.
Bagaimana dengan biaya operasional?
Dalam menentukan HPP, biaya tidak langsung, seperti biaya operasional, utility (biaya pabrik), belum dihitung. Karena prinsip menghitung hpp adalah harga pokok per satuan produk. Saat ini, banyak wirausaha yang menjalankan usaha dengan produk lebih dari satu. Contoh sederhana, seorang penjual gorengan, umumnya tidak hanya menjual satu jenis produk, misalnya pisang goreng, bala-bala atau tahu isi, tetapi di roda jualannya bisa jadi terdapat 4-5 produk yang dijual.
Produsen hijab, tentunya juga menjual produk yang beragam, tidak hanya satu model. Bisa jadi selain hijab juga memproduksi inner (ciput), legging, kaos muslimah, atau produk lainnya.
Supaya tidak bingung, saya kasih contoh ya.
Contoh Perhitungan HPP
Ibu Lili, di bulan Ramadhan ini ingin menambah penghasilan. Rencananya akan menjual kolak pisang, kolak ubi dan sup buah. Untuk menentukan harga, Bu Lili harus menghitung dulu harga bahan-bahan yang akan digunakan.
Kolak Pisang (20 porsi/hari)
Harga bahan :
Pisang tanduk 10 buah (+/- 3 kg) = Rp 30.000
Gula merah 1/2 kg = Rp 8.000
Santan 1/2 kg = Rp 6.000
Air 5 liter (beli per jerigen) = Rp 500
Gas 1/4 tabung = Rp 6.000
Gelas plastik 20 buah @ Rp 500 = Rp 10.000
_____________ +
Total Bahan = Rp 60.500
Tenaga kerja :
Dalam bisnis ini, Bu Lili dibantu satu anak perempuan. Mereka bekerja selama 8 jam untuk menyiapkan 3 bahan. Upah kerja di tempat tinggal Bu Lili, adalah Rp 75.000/hari selama 8 jam kerja. Bu Lili mematok upah Rp 100.000/hari untuk dia sendiri dan Rp 50.000/hari untuk anaknya. Karena ada 3 produk yang dibuat, maka untuk per satu produk, upah harian dibagi 3.
Upah kerja Ibu Lili selama 8 jam
Rp 75.000/3 = Rp 25.000
Upah kerja anak Bu Lili selama 3 jam
Rp 50.000/3 = Rp 16.500
____________ +
Total biaya bahan = Rp 41.500
Total Biaya = Rp 60.500 + Rp 41.500
= Rp 102.000
Harga pokok produksi 1 gelas kolak pisang tanduk
Rp 102.000 : 20 = Rp 5.100
Kolak ubi (20 porsi)
Harga bahan :
Ubi 3 kg @ Rp 7.000/kg = Rp 21.000
Gula merah 1/2 kg = Rp 8.000
Santan 1/2 kg = Rp 6.000
Air 5 liter (beli per jerigen) = Rp 500
Gas 1/4 tabung = Rp 6.000
Gelas plastik 20 buah @ Rp 500 = Rp 10.000
____________ +
Total Bahan = Rp 51.500
Upah kerja Ibu Lili selama 8 jam
Rp 75.000/3 = Rp 25.000
Upah kerja anak Bu Lili selama 3 jam
Rp 50.000/3 = Rp 16.500
____________ +
Total biaya bahan = Rp 41.500
Total Biaya = Rp 51.500 + Rp 41.500
= Rp 93.000
Harga pokok produksi 1 gelas kolak ubi
Rp 93.000 : 20 = Rp 4.650
Martabak Mini (50 pcs)
Harga bahan :
Terigu 1 kg = Rp 8.000
Gula pasir 200 gram = Rp 3.000
Susu bubuk 80 gram = Rp 7.000
Ragi 1 sdm = Rp 6.000
Telur 2 buah = Rp 3.000
Mesyes = Rp 3.000
Susu kental manis (1/4 kaleng) = Rp 2.500
Gas 1/4 tabung = Rp 6.000
Kantung kertas 25 buah @ Rp 200 = Rp 5.000
____________ +
Total Bahan = Rp 43.500
Upah kerja Ibu Lili selama 8 jam
Rp 75.000/3 = Rp 25.000
Upah kerja anak Bu Lili selama 3 jam
Rp 50.000/3 = Rp 16.500
____________ +
Total biaya bahan = Rp 41.500
Total Biaya = Rp 43.500 + Rp 41.500
= Rp 85.000
Harga pokok produksi 1 buah martabak mini
Rp 85.000 : 50 = Rp 1.700
Idealnya biaya bahan harus lebih tinggi dari upah tenaga kerja. Berhubung produk yang dijual Bu Lili adalah produk masal, maka idealnya rasio bahan dan upah adalah 70:30, tetapi jika produk yang dijual adalah kerajinan maka bisa jadi biaya untuk upah tenaga kerja lebih tinggi dari biaya bahan. Mari kita lihat bagaimana rasio antara biaya bahan dengan upah tenaga kerja untuk masing-masing produk.
Kolak pisang :
Biaya bahan : Rp 60.500
Upah tenaga kerja langsung : Rp 41.500
Rasio bahan dan upah : 59,3 :40,7
Kolak Ubi
Biaya bahan : Rp 51.500
Upah tenaga kerja langsung : Rp 41.500
Rasio bahan dan upah : 55,3 :44,7
Martabak Mini
Biaya bahan : Rp 43.500
Upah tenaga kerja langsung : Rp 41.500
Rasio bahan dan upah : 51,1 :48,9
Penghitungan Biaya Operasional
Setelah menghitung hpp, diketahui modal masing-masing produk, yaitu :
Kolak pisang Rp 5.100
Kolak ubi Rp 4.650
Martabak mini Rp 1.700
Harga di atas, belum menghitung operasional Bu Lili, diantaranya :
Bahan bakar minyak per hari 1 liter Rp 7.800
Iuran kebersihan per hari Rp 2.000
Keresek 1 bungkus isi 40 lembar Rp 20.000
____________ +
Total Rp 29.800
Beban biaya operasional untuk masing-masing produk :
Rp 29.800 : 90 pcs = Rp 330, dibulatkan menjadi Rp 350
Jadi, modal yang dibutuhkan untuk masing-masing produk :
Kolak pisang Rp 5.450
Kolak ubi Rp 5.000\
Martabak mini Rp 2.050
Bagaimana jika tenaga kerja tidak dihitung?
Nah, ini nih penyakit usaha mikro. Biasanya hanya menghitung bahan baku dan operasional. Padahal walau usaha ini dilakukan sendiri tanpa tenaga kerja, perlu dihitung berapa biaya yang dibebankan untuk tenaga kerja. Akibatnya, seringkali semua hasil yang diperoleh jadi masuk kantong, dan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Jika Bu Lili sudah memiliki tenaga kerja, maka bisa saja, upah Bu Lili dikeluarkan dari biaya langsung, dan dibebankan dalam biaya tidak langsung. Sehingga hpp menjadi lebih kecil. Tapi dalam kasus Bu Lili, selain sebagai pemilik, posisi Bu Lili adalah sebagai pekerja di bagian produksi.
Apa kelebihan dari penetapan upah tenaga kerja pemilik sekaligus pekerja, diantaranya :
1. Disiplin.
Pelaku wirausaha lebih disiplin dalam penggunaan uang. Bu Lili, setiap harinya akan mendapatkan upah sebesar Rp 75.000 per hari, begitu pula dengan anaknya. Jadi Bu Lili dan anaknya tidak akan menggunakan keuntungan untuk kebutuhan pribadi.
2. Keuntungan dapat digunakan untuk pengembangan bisnis
Dengan alokasi biaya untuk upah, Bu Lili dapat menggunakan keuntungan untuk pengembangan usaha di masa depan. Misalnya untuk membeli peralatan baru, atau lainnya.
Kelemahan penetapan upah, :
Keuntungan berkesan menjadi lebih kecil.
Untungnya jadi sedikit dong bu. Nah itu dia, kan sudah dipotong upah pekerja dan pemilik yang mengelola langsung. Nanti jika usaha yang dijalankan semakin besar, perlu dialokasikan untuk biaya tenaga lain.
Kalau upahnya dikurangi bagaimana? Bisa saja, menyesuaikan dengan standar upah yang umum di lokasi para wirausaha. Tapi, jangan sampai dihilangkan ya. Untuk mengurangi hpp, diantaranya adalah menambah produk. Dalam kasus Bu Lili, bisnis yang dijalankan belum dalam skala maksimal. Artinya, dengan tenaga kerja 2 orang, kapasitas produksi masih dapat ditingkatkan.
Menghitung Harga Jual
Setelah menghitung HPP, selanjutnya Bu Lili akan menghitung harga jual. Ada beberapa strategi dalam penetapan harga jual. Umumnya, dapat digunakan 2 cara menetapkan harga jual,
1. Menyesuaikan dengan harga jual produk sejenis di lokasi yang sama
2. Menetapkan margin keuntungan dengan kisaran 30-50 %, bahkan ada yang hingga 100 %.
Penetapan keuntungan sangatlah relatif, bergantung pada :
a. daya beli konsumen,
b. lokasi berjualan,
c. keunikan produk.
Bu Lili rencana akan menjual produk tidak terlalu jauh harganya dari produk yang lain. Walau kata para tetangga, kolak dan martabak buatan Bu Lili endess banget. Ya iyalah, tanpa pemanis buatan, dan menggunakan bahan berkualitas. Resikonya, keuntungan Bu Lili pasti lebih kecil. Ini bisa jadi strategi pemasaran, walau harga tidak terlalu mahal, tapi kualitas no 1.
Bahan bagus, harus dijual mahal dong bu? Ya bisa juga. Tinggal dilihat saja, kondisi konsumen. Jangan sampai harga dijual mahal, tapi hanya sedikit yang membeli.
Nah, sudah bisa menghitung hpp dan harga jual kan. Semoga bisnis para wirausaha di Bulan Ramadhan tahun ini laris manis ya. Jangan lupa disisihkan shodakoh atau zakatnya supaya usahanya semakin berkah. Kalau usahanya bagus, siapa tahun pasca Ramadhan bakal jadi bisnis yang stabil.
Semangat wirausaha, semangat umkm naik kelas. Kalau ada yang mau konsultasi, boleh lewat email meta.maftuhah@gmail.com atau DM via sosmed. Fb : Meta Maftuhah Ig : @ceu_meta
Mantaps dan jelas sekali paparan Ceu Meta... semoga berkah share ilmunya yaa
ReplyDeleteAamiin yra, semoga bermanfaat.
Delete